TKM2 DAPAT MENINGKATKAN
PEMAHAMAN KONSEP IPA
Lilis Indayani
Abstrak: Penggunaan Teknik Komparatif
Multi Metode (TKM2) bermanfaat dan menguntungkan, karena dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. TKM2 sangat diperlukan terutama pada materi-materi
yang dapat menimbulkan kerancuan, yaitu materi-materi yang memiliki persamaan-persamaan.
TKM2 juga dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya atau kegiatan menjadi lebih efektif, efisien dan juga ekonomis. TKM2 dapat diterapkan pada berbagai materi
pelajaran dengan metode dan model pembelajaran yang
berbeda. Dampak positif TKM2, yaitu siswa menjadi lebih aktif dan tumbuhnya rasa
persaingan untuk menjadi yang terbaik.
Kata kunci:
IPA, teknik komparatif, multi metode,
TKM2
Pemahaman dan penguasaan konsep IPA pada siswa masih sangat
dangkal merupakan kenyatan yang ada di
lapangan, banyak siswa tidak memahami melainkan hanya menghafalkan konsep abstrak yang disajikan guru. Pemahaman dan penguasaan konsep IPA yang
dangkal, menyebabkan siswa selalu merasa
kesulitan belajar IPA dan cenderung kurang senang terhadap pelajaran IPA yang
berakibat pada rendahnya prestasi belajar IPA.
Kurangnya pemahaman dan penguasaan konsep siswa
terhadap mata pelajaran IPA misalnya pada materi pembelajaran cahaya, terlihat
jelas saat penulis memberikan bimbingan belajar pada siswa kelas IX dalam persiapan
menghadapi
Ujian Nasional. Pada saat membahas materi Cahaya, siswa-siswa mengalami kesulitan
dalam memahami sifat-sifat cahaya, sinar-sinar istimewa dan materi yang
terkait di dalamnya.
Kesulitan pemahan siswa tersebut terutama dalam
membedakan antara sifat-sifat cahaya yang mengenai permukaan cermin cekung,
cermin cembung, lensa cekung atau lensa cembung, demikian
juga tentang sinar-sinar istimewa, pembentukan bayangan, dan sifat-sifat
bayangan yang dihasilkan oleh cermin dan lensa baik cekung maupun cembung. Dari pengamatan
penulis, kesulitan ini disebabkan banyaknya kemiripan-kemiripan konsep yang
ada pada materi cermin cekung, cermin
cembung, lensa cekung atau lensa cembung. Siswa selama
ini hanya sekedar menghafal perbedaan-perbedaan pada saat
mempelajarinya, sehingga kurang memahami makna yang ada di dalamnya.
Pada saat menjelaskan kembali materi Cahaya pada siswa
kelas IX, penulis membuat gambar, keempat benda optik tersebut (cermin cekung,
cermin cembung, lensa cekung dan lensa cembung) dan menjelaskan pada siswa
dengan membandingkan antara yang satu dengan yang lain. Dengan cara tersebut,
penulis melihat adanya kemajuan yang dialami siswa terkait dengan pemahaman
siswa terhadap materi Cahaya.
Pada materi pembelajaran yang memiliki
beberapa kemiripan, siswa mengalami kerancuan dalam mengingatnya meskipun dalam
pembelajaran sudah digunakan media, model dan metode yang baik, misalnya dalam
memahami sifat-sifat cahaya pada permukaan cermin cekung, cermin cembung, lensa
cekung dan lensa cembung. Hal yang sama juga dapat terjadi pada materi yang
memiliki nama yang hampir sama, namun memiliki beda makna antara
istilah-istilah fisika, dengan umum/sehari-hari, misalnya istilah berat dan
massa. Untuk menjelaskan dan mempelajari materi-materi tersebut, berdasarkan
pengalaman penulis maka penggunaan teknik komparatif (membandingkan) menjadi pilihan
yang tepat, disamping penggunaan metode pembelajaran, atau model pembelajaran yang
biasa digunakan.
TEKNIK
KOMPARATIF
Istilah Teknik Komparatif belum pernah
digunakan, tetapi istilah yang sering kita dengar adalah penelitian komparatif. Menurut Nazir (2005)
penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari
jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor
penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu.Penelitian
komparatif merupakan penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan
persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang
di teliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Jadi, penelitian komparatif
adalah jenis penelitian yang digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok
atau lebih dari suatu variabel tertentu.
Tujuan dari penelitian komparatif menurut Arikunto(2006)
adalah untuk menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang
benda-benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik
tehadap orang lain, kelompok, terhadap suatu idea tau prosedur kerja. Dapat juga membadingkan
kesamaan pandangan dan perubahan-perubahan pandangan orang, grup atau Negara
terhadap kasus, terhadap orang, terhadap peristiwa atau terhadap ide-ide.
Berdasarkan uraian penelitian
komparatif tersebut penulis mengadaptasinya dalam Teknik Komparatif. Teknik
Komparatif merupakan suatu cara
yang dilakukan guru dalam mengimplementasikan suatu metode dengan cara
membandingkan satu benda dengan benda lain, atau satu keadaan dengan keadaan
yang lain sehingga akan tampak persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaanya.
TEKNIK KOMPARATIF MULTI METODE (TKM2)
Kegiatan
membandingkan dua atau lebih benda atau keadaan dapat dilakukan dengan berbagai
cara, misalnya dilakukan dengan kegiatan eksperimen di laboratorium, atau
dengan diskusi berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, atau dari
pengetahuan awal siswa dalam kehidupan sehari-hari. Jadi penggunaan teknik
membandingkan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, atau istilah yang
digunakan oleh penulis Teknik
Komparatif Multi Metode (TKM2).
TKM2
(Teknik Komparatif Multi Metode) berasal dari istilah-istilah berikut:
1. Teknik
Teknik berasal dari istilah teknik
pembelajaran. Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif
banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda
dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas.
Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang
berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya
tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun
dalam koridor metode yang sama. (Sudrajat: 2008 - 13:12 online)
2.
Komparatif
Istilah Komparatif berasal dari kata serapan
Bahasa Inggris yaitu Comparative. Dalam kamus Bahasa Inggris, Wojowasito (1982)
comparative memiliki arti bersifat membandingkan; yang berdasarkan perbandingan;
jika diperbandingkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah membandingkan diartikan dua
benda (hal dsb) untuk mengetahui persamaan dan perbedaannya.
3. Multi Metode
Multi metode berarti menggunakan banyak metode/berbagai macam metode pembelajaran dapat
digunakan dalam kegiatan ini, bisa menggunakan metode ceramah, diskusi, demonstrasi, eksperimen atau yang
lainnya.
Berdasarkan
istilah-istilah diatas maka Teknik
Komparatif Multi Metode (TKM2) berarti
dalam kegiatan membandingkan tersebut guru tidak dituntut hanya menggunakan
satu metode pembelajaran saja, atau teknik komparatif ini bisa diterapkan pada
berbagai metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan guru dalam menyajikan
preoses pembelajarannya.
Adapun tujuan
Teknik Komparatif Multi Metode dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau
lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di pelajarii berdasarkan kerangka
pemikiran tertentu.
2. Untuk membuat generalisasi tingkat perbandingan berdasarkan cara pandang atau kerangka berpikir tentu.
3. Untuk bisa menentukan mana yang lebih baik atau mana
yang sebaiknya dipilih.
4. Untuk menyelidiki kemungkinan
hubungan sebab-akibat dengan berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada
dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.
Pemahaman Konsep IPA
Pemahaman
konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran,
tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti,
memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasi konsep yang sesuai dengan
struktur kognitif yang dimilikinya (Sanjaya, 2007). Dengan demikian seorang siswa
dianggap memiliki pemahaman konsep yang baik apabila: 1) mampu menjelaskan
secara verbal mengenai apa yang telah dipahaminya; 2) mampu menyajikan konsep
tersebut kedalam berbagai cara serta mengetahui perbedaan; 3) mampu mengklasifikasikan
objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk
konsep tersebut; 4) mampu menerapkan hubungan antara konsep dan prosedur; 5) mampu
menberikan contoh dan kontra dari konsep yang dipelajari; 6) mampu
mengembangkan konsep yang telah dipelajari.
Untuk dapat
meningkatkan pemahaman konsep IPA pada siswa, seorang guru harus mengetahui faktor-faktor penyebab rendahnya pemahaman konsep IPA. Rendahnya pemahaman
konsep IPA dapat disebabkan oleh faktor-faktor internal dan faktor-faktor
eksternal.
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam pribadi siswa sendiri,
misalnya tingkat kecerdasan, tingkat kerajinan, minat,
motivasi internal, kondisi fisik, psikologis siswa
dan lain sebagainya. Rendahnya pemahaman dan penguasaan konsep IPA dipengaruhi oleh motivasi
belajar siswa, motivasi diri mempengaruhi tujuan siswa dalam belajar. Tujuan
siswa dalam belajar akan mempengaruhi prestasi belajar IPA.
Faktor eksternal merupakan faktor yang
berasal dari luar diri siswa, misalnya lingkungan belajar, kondisi
keluarga, dan sarana prasarana yang
tersedia. Sanjaya (2007) menyatakan belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Bagaimana
proses pembelajaran berhasil ditentukan oleh lima komponen pokok dalam proses
pembelajaran, yaitu Tujuan, Isi/Materi, Metode, Media dan Evaluasi. Hal ini
dapat digambarkan dalam bagan berikut.
Gambar 1
Komponen Proses Pembelajaran
Berdasarkan bagan di atas dapat dilihat, selain faktor
internal dan eksternal seperti yang disebutkan, faktor-faktor yang mempengaruhi
rendahnya pemahaman dan penguasaan konsep IPA dipengaruhi oleh tujuan, isi/materi, metode, media dan
evaluasi.
1. Tujuan
Dalam
Undang-Undang Sisdiknas dinyatakan bahwa Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2. Isi/Materi
Dalam konteks tertentu isi atau materi pelajaran
merupakan inti dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi apabila tujuan utama
pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran. Pada kondisi ini guru perlu
menguasai secara detail isi materi yang harus dikuasai oleh siswa. Namun dalam setting pembelajaran yang
berorientasi pada pencapaian tujuan atau kompetensi, maka tugas dan tanggung
jawab guru bukanlah sekedar sebagai sumber belajar. Menurut
Sardiman (2008), peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai Informator,
Organisator, Motivator, Pengarah/Direktor, Inisiator, Transmiter, Fasilitator,
Mediator, dan Evaluator
3. Metode
Metode adalah cara yang dapat digunakan untuk
melaksanakan strategi. Sanjaya (2007) menyatakan metode adalah cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan
nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Metode dalam
rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting, keberhasilan
implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan
metode pembelajaran. Ganawati (2008) menyatakan bahwa dalam pembelajaran IPA Terpadu yang terpenting adalah metode dan pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran.
Adapun beberapa metode yang
bisa digunakan guru sebagai berikut:1)
Metode Ceramah yaitu metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan.2) Metode Tanya Jawab yaitu metode bertanya
jawab, dengan pertanyaan-pertanyaan yangakan diajukan sudah direncanakan
sebelumnya.3) Metode Diskusi yaitu
cara pembelajaran dengan memunculkan masalah, sehingga terjaditukar-menukar
gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaanderajat.4) Metode Kooperatif yaitu siswa berada dalam kelompok kecil dengan
anggota sebanyak 4sampai 5 orang.5)
Metode Demonstrasi yaitu cara penyajian pelajaran dengan memeragakan
suatu proseskejadian, misalnya dalam pembelajaran tentang transportasi pada
tumbuhan. 6) Metode Karyawisata atau
Widyawisatayaitu cara penyajian dengan membawa siswa
4. Media
Dalam pelaksanaan pembelajaran dibutuhkan berbagai sumber
belajar. Sumber belajar dapat berwujud beragam diantaranya
adalah media pembelajaran. Media merupakan
wahana penyalur informasi belajar atau
penyalur pesan. Peran media sebagai pengantar ini dapat
berwujud guru, buku teks, dan lingkungan sekolah.
Menurut Arsyad (2011) terdapat pembatasan media
pembelajaran yang ada diantaranya: Media pembelajaran memiliki pengertian fisik
sebagai hardware (perangkat keras) yaitu sesuatu
benda yang dapat dilihat, didengar atau diraba dengan panca
inderaMedia pembelajaran memiliki pengertian non-fisik sebagai software (perangkat
lunak) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan
isi yang ingin disampaikan kepada siswa.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen terakhir dalam sistem pembelajaran. Evaluasi bukan saja
berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran, tetapi
juga berfungsi sebagi umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam pengelolaan
pembelajaran. Dalam Permendikbud 81A dinyatakan bahwa evaluasi adalah proses mengambil
keputusan berdasarkan hasil-hasil penilaian.
Dengan mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemahaman konsep IPA maka dapat dilakukan upaya-upaya untuk dapat meningkatkan pemahaman
konsep IPA. Upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan pemahaman konsep IPA bertujuan:
1. Membantu meningkatkan minat dan motivasi pada diri siswa dapat dilakukan dengan menjelaskan manfaat yang
diperoleh dari mempelajari materi tersebut.Menghubungkan konsep yang akan
dipelajari dengan pengetahuan awal yang dimiliki dan lingkungan sekitar siswa,
juga merupakan upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan faktor
internal dari dalam diri siswa. Menjaga kondisi psikologis siswa juga merupakan
langkah yang harus dilakukan oleh guru, siswa yang belajar dalam keadaan
tertekan/ terpaksa tentu akan berbeda hasilnya dengan siswa yang berada dalam
kondisi senang, rasa ingin tahu yang besar terhadap apa yang akan mereka
pelajari.
2. Untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA
ditinjau dari faktor eksternal,misalnya dengan menjaga lingkungan
belajar disekitar siswa terasa menyenangkan sehingga siswa merasa nyaman, dan
tersedianya sarana prasarana yang dibutuhkan
siswa dalam kegiatan belajar.
3. Selain faktor internal dan ekstenal tersebut, lima komponen pokok dalam proses pembelajaran
juga sangat penting dalam mempengaruhi peningkatan pemahaman konsep IPA. Lima
komponen pokok dalam proses pembelajaran tersebut yaitu:
a. Tujuan
Agar kegiatan
pembelajaran dapat berjalan dengan baik, sebagaimana yang diharapkan dalam
Standar Nasional
Pendidikan, dalam merumuskan Tujuan Pembelajaran hendaknya guru mempertimbang-kan dengan baik kondisi
yang mungkin dapat dilakukan agar siswa dapat belajar dengan baik sehingga
Standar Kompetensi yang harus dicapai oleh siswa dapat terpenuhi.
b. Isi/Materi
Guru mengembangkan berbagai sumber belajar yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dengan memanfaatkan potensi di
lingkungan satuan pendidikan, misalnya dengan memanfaatkan tanah/kebun sekolah,
peralatan Laboratorium digunakan seoptimal mungkin, bekerja sama dengan
instansi terkait atau dunia usaha/industri (lapangan kerja) atau tokoh-tokoh
masyarakat. Selain itu, sekolah bisa memfasilitasi pembelajaran yang bisa diintegrasikan antara
satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain, dalam satu kegiatan yang
terpadu.
c. Metode
Guru memilih dan menggunakan strategi pembelajaran yang
melibatkan peserta didik aktif dalam proses belajar mengajar, baik secara
mental, fisik, maupun sosial. Metode dalam rangkaian sistem pembelajaran
memegang peran yang sangat penting, keberhasilan implementasi strategi
pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran.
Beragam metode pembelajaran yang bisa digunakan saat
kegiatan belajar mengajar seperti yang disajikan sebelumnya, yang terpenting dalam
pemilihan metode pembelajaran adalah guru harus mempertimbangkan kesesuaian
materi/konsep yang akan dipelajari siswa dengan situasi yang ada di sekolah,
misalnya ketersediaan peralatan, waktu yang tersedia, dan tingkat kesulitan
materi tersebut dengan kemampuan internal rata-rata siswa.
d. Media
Penggunaan media dalam proses belajar
mengajar sebagaimana kerucut pengalaman Dale (Dale's Cone of Experiences), menunjukkan bahwa hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (konkrit), kenyataan yang ada di lingkungan seseorang
melalui
benda tiruan hingga lambang verbal (abstrak). Semakin ke atas
semakin abstrak media yang digunakan.
Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan
bermakna mengenai informasi dan gagasan yang
terkandung didalamnya. Percobaan di laboratorium merupakan
contoh penerapan pembelajaran secara langsung.Penuangan dalam chart,
grafik menunjukkan tingkat keabstrakan media tersebut. Hal ini disebabkan penyampaian secara abstrak memancing peserta didik
untuk mengembangkan imajinasinya. Kemampuan menerjemahkan sesuatu yang abstrak
tersebut
terbangun seiring dengan perkembangan tingkat emosional siswa. Dengan demikian penggunaan media
yang efektif dan kreatif dapat mendorong siswa untuk belajar lebih banyak dan
meningkatkan penampilan siswa untuk tujuan pembelajaran
e. Evaluasi
Cakupan Penilaian dalam Kurikulum 2013 meliputi: kompetensi inti
sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Berbagai metode
dan instrumen baik formal maupun nonformal digunakan dalam penilaian untuk
mengumpulkan informasi.Informasi yang dikumpulkan menyangkut semua perubahan
yang terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif.Penilaian dapat
dilakukan selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan setelah
pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil/produk).
Dalam membuat alat Evaluasi Guru hendaknya membuat sistem penilaian
sesuai dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya,
jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi
harus diberikan baik pada proses misalnya teknik wawancara, maupun produk
berupa hasil melakukan observasi lapangan, demikian pula yang lain.
TKM2 dapat Meningkatkan Pemahaman Konse IPA
Pemahaman dan penguasaan konsep IPA yang baik dan benar pada siswa akan dapat memberikan kontribusi yang tepat terhadap
kemajuan IPTEK. Konsep IPA yang baik dan benar dapat diwujudkan melalui pendidikan yang dilaksanakan menurut pendekatan,
strategi, metode dan media yang tepat dalam proses pembelajaran.
Kurangnya pemahaman siswa terhadap
materi yang mereka pelajari merupakan suatu kendala bagi keberhasilan
pendidikan siswa. Teknik Komparatif Multi Metode merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Dari kegiatan
yang sudah dilakukan penulis, dengan menggunakan TKM2 pemahaman konsep siswa
terhadap materi cahaya mengalami peningkatan. Data hasil penilaian materi
pembelajaran cahaya tahun 2012 siswa kelas VIII A memperoleh nilai rata-rata
kelas 90,3.
Penulis menggunakan Teknik Komparatif
Multi metode terhadap materi Cahaya karena pada materi ini banyak konsep yang memiliki beberapa kemiripan,
sehingga siswa sering mengalami kerancuan dalam mengingatnya meskipun dalam
pembelajaran sudah digunakan media, model dan metode yang baik. Kerancuan
materi yang dialami siswa misalnya dalam
memahami sifat-sifat cahaya pada permukaan cermin cekung, cermin cembung, lensa
cekung dan lensa cembung.
Penulis mengidentifikasi materi cahaya dan membagi
materi tersebut dengan cara yang agak berbeda, untuk menerapkan teknik
Komparatif Multi Metode (TKM2). Pada
kegiatan pembelajaran, siswa dengan bimbingan guru mempelajari materi pelajaran
dengan membandingkan antara dua peristiwa atau lebih sekaligus, agar diketahui
lebih jelas dimana persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya. Adapun
urutan materi pembelajaran yang dilakukan yaitu :
1.
Pengertian
cahaya dan sifat-sifat cahaya secara umum.
2.
Perbedaan
benda gelap dan benda bening
3.
Perbedaan
pemantulan cahaya pada cermin datar dan pembiasan cahaya pada kaca plan
parallel
4.
Membedakan sifat-sifat cahaya pada cermin cekung, dan
cembung, lensa cekung, dan cembung
5.
Sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan
cermin cembung
6.
Sinar-sinar
istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung.
7.
Pembentukan
bayangan pada cermin cekung-cembung dan lensa cekung-lembung.
8.
Sifat-sifat
bayangan yang dihasilkan.
9.
Latihan soal dan evaluasi
Pada kegiatan
awal guru menggali informasi yang telah diterima siswa (pengetahuan awal siswa)
tentang materi cahaya. Kegiatan
ini juga untuk mengarahkan siswa dalam menggunakan TKM2. Pada pertemuan awal guru
menggunakan Metode Ceramah/Diskusi Informasi. Materi pada kegiatan awal
terangkum sebagaimana pada gambar
berikut:
Gambar 2
Materi Cahaya
dengan TKM2
Pada pertemuan
berikutnya guru menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode
eksperimen. Pada pertemuan ini siswa mempelajari sifat-sifat cahaya yang
mengenai permuakaan cermin datar, cekung dan cembung serta pada kaca plan
parallel, lensa cekung dan lensa cembung. Pada kegiatan ini siswa secara
berkelompok melakukan kegiatan pratikum
secara optimal dengan menggunakan lembar kerja yang telah disediakan oleh guru. Pemanfaatan media KIT Optik
yang dimiliki sekolah sangat membantu pada kegiatan ini. Contoh hasil praktikum
siswa sebagaimana pada gambar
berikut:
Gambar
3
Hasil Kegiatan
Praktik Siswa dengan TKM2
Setelah
kegiatan praktikum dilakukan oleh siswa, dilanjutkan dengan kegiatan diskusi
kelompok, untuk membahas daftar pertanyaan terkait dengan materi sifat-sifat
cahaya yang mereka pelajari.Dilanjutkan dengan diskusi kelas, dengan menyajikan
hasil kerja kelompok masing-masing. Pada kegiatan diskusi kelas, guru
menjadi moderator sekaligus memberikan arahan dan meluruskan konsep-konsep yang
perlu diluruskan. Pada kegiatan berikutnya yaitu pada pembahasan sinar-sinar
istimewa juga dilakukan model yang sama, yaitu siswa berkelompok dan melakukan
kegiatan eksperimen tentang sinar-sinar istimewa pada cermin cekung-cembung dan
lensa cekung-cembung.
Pada materi yang tidak menggunakan
kegiatan praktikum, misalnya tentang menggambar pembentukan bayangan, siswa
juga berlatih dengan
membuat gambar-gambar yang bisa diperbandingkan antara yang satu dengan yang
lain. Contoh soal yang diberikan guru pada kegiatan ini:
1. Sebuah cermin cekung
memiliki jari-jari kelengkungan 4 cm, dengan menggunakan minimal 2 sinar
istimewa buatlah gambar pembentukan bayangannya, dan sebutkan sifat-sifat
bayangannya,jika jarak benda ke cermin sebesar:
a. 1 cm c. 4 cm
b. 2 cm d. 6 cm
Setelah siswa memahami materi tersebut, dilanjutkan dengan pemberian
soal tentang cermin cembung,
lensa cebung dan lensa cekung dengan model soal yang sama.
Ada beberapa keuntungan dari kegiatan
ini, selain tujuan utama dari teknik komparatif yaitu siswa mengetahui
persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan dari cermin datar, cekung, cembung,
kaca plan parallel, lensa cekung dan lensa cembung, dari materi tersebut siswa
dapat meyimpulkan sifat-sifat cermin cekung-cembung dan lensa cekung-cembung, sifat
konvergen dan divergen, sifat fokus yang nyata dan maya. Selain ditinjau dari segi materi/konsep
pembelajaran yang dipelajari, dari segi waktu penggunaan TKM2 lebih efisien dan
efektif.
Efisiensi waktu bisa diamati dari sisi
perakitan peralatan KIT Optika yang digunakan. Dalam merakit KIT Optika minimal
siswa memerlukan waktu 15 menit, maka waktu yang diperlukan jika kegiatan
praktikum dilakukan secara terpisah-pisah maka waktu untuk merakit peralatan
tersebut bisa sampai 30 menit (jika kegiatan dilakukan 2 kali percobaan) atau
45 menit (untuk 3 kali percobaan).
Selain itu kegiatan bongkar-pasang yang
sering dilakukan terkait dengan perakitan alat juga dapat mengakibatkan tingkat kerusakan pada alat semakin besar,
mengingat sebagian peralatan terbuat dari bahan plastic dan kaca sehinga akan
mudah patah/pecah. Dengan demikian penggunaan TKM2 juga dapat
menghemat waktu, tenaga dan biaya atau kegiatan menjadi efektif, efisien dan
juga ekonomis.
Kesimpulan
Penggunaan Teknik Komparatif Multi Metode (TKM2)
bermanfaat dan menguntungkan dalam kegiatan pembelajaran. Dengan TKM2 pemahaman
konsep siswa semakin meningkat, selain itu kegiatan pembelajaran menjadi lebih efektif, efisien dan
ekonomis.
Teknik Komparatif Multi Metode
(TKM2) sangat diperlukan terutama pada
materi-materi yang dapat menimbulkan kerancuan pada pemahaman konsep siswa.
Materi-materi yang dapat menimbulkan kerancuan adalah materi yang memiliki persamaan-persamaan disamping
perbedaan-perbedaan yang dimilik. Dengan mengetahui secara jelas persamaan-persamaan
dan perbedaan-perbedaannya, maka siswa tidak mengalami kerancuan sehingga
pemahaman siswa menjadi lebih baik.
Penggunaan Teknik Komparatif Multi Metode tidak hanya
digunakan pada materi Cahaya pada mata pelajaran IPA, pemanfaatan Teknik Komparatif
yang sudah dicoba oleh penulis juga dilakukan pada materi yang lain, juga telah
diterapkan dengan model yang berbeda. Dan hasil yang diperoleh juga memberi
dampak positif terhadap pembelajaran, yaitu siswa menjadi lebih aktif dan
tumbuhnya rasa persaingan untuk menjadi yang terbaik.
Saran
Penggunaan Teknik
Komparatif Multi Metode (TKM2) yang
menguntungkan dapat digunakan guru terutama pada materi-materi/konsep-konsep yang memiliki
persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan.
Penggunaan TKM2 dapat menggunakan metode pembelajaran sebagaimana
yang biasa digunakan oleh guru, sehingga penggunaan media atau peralatan tetaplah dibutuhkan untuk mendukung suksesnya
kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu Stake Holder di sekolah diharapkan
juga memenuhi kebutuhan peralatan dalam kegiatan pembelajaran.
DAFTAR
RUJUKAN
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Ganawati, D. dkk, 2008, Ilmu Pengetahuan Alam Terpadu dan Kontekstual, Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.
Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sardiman, A. 2008. Media pendidikan: Pengertian, Pengembangan
dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudrajat, A. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran. (Online), (http://akhmadsudrajat.wordpress. com, diakses 12 September)
Wojowasito, S. 1982. Kamus Umum Lengkap Inggeris-Indonesia. Bandung: Pengarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar