Sabtu, 18 Juli 2015

Teknik Komparatif Multi Metode (TKM2), Tinjauan Ilmiah



TKM2 DAPAT MENINGKATKAN
PEMAHAMAN KONSEP IPA


Lilis Indayani


Abstrak: Penggunaan Teknik Komparatif Multi Metode (TKM2) bermanfaat dan menguntungkan, karena dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. TKM2 sangat diperlukan terutama pada materi-materi yang dapat menimbulkan kerancuan, yaitu materi-materi yang memiliki persamaan-persamaan. TKM2  juga dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya atau kegiatan menjadi lebih efektif, efisien dan juga ekonomis. TKM2 dapat diterapkan pada berbagai materi pelajaran dengan metode dan model pembelajaran yang berbeda. Dampak positif TKM2, yaitu siswa menjadi lebih aktif dan tumbuhnya rasa persaingan untuk menjadi yang terbaik.

Kata kunci: IPA, teknik komparatif, multi metode, TKM2














Pemahaman dan penguasaan konsep IPA pada siswa masih sangat dangkal merupakan kenyatan yang ada di lapangan, banyak siswa tidak memahami melainkan hanya menghafalkan konsep abstrak yang disajikan guru. Pemahaman dan penguasaan konsep IPA yang dangkal, menyebabkan siswa selalu merasa kesulitan belajar IPA dan cenderung kurang senang terhadap pelajaran IPA yang berakibat pada rendahnya prestasi belajar IPA.
Kurangnya pemahaman dan penguasaan konsep siswa terhadap mata pelajaran IPA misalnya pada materi pembelajaran cahaya, terlihat jelas saat penulis memberikan bimbingan belajar pada siswa kelas IX dalam persiapan menghadapi Ujian Nasional. Pada saat membahas materi Cahaya, siswa-siswa mengalami kesulitan dalam memahami sifat-sifat cahaya, sinar-sinar istimewa dan materi yang terkait di dalamnya.
Kesulitan pemahan siswa tersebut terutama dalam membedakan antara sifat-sifat cahaya yang mengenai permukaan cermin cekung, cermin cembung, lensa cekung atau lensa cembung, demikian juga tentang sinar-sinar istimewa, pembentukan bayangan, dan sifat-sifat bayangan yang dihasilkan oleh cermin dan lensa baik cekung maupun cembung. Dari pengamatan penulis, kesulitan ini disebabkan banyaknya kemiripan-kemiripan konsep yang ada  pada materi cermin cekung, cermin cembung, lensa cekung atau lensa cembung. Siswa selama ini hanya sekedar menghafal perbedaan-perbedaan pada saat mempelajarinya, sehingga kurang memahami makna yang ada di dalamnya.
Pada saat menjelaskan kembali materi Cahaya pada siswa kelas IX, penulis membuat gambar, keempat benda optik tersebut (cermin cekung, cermin cembung, lensa cekung dan lensa cembung) dan menjelaskan pada siswa dengan membandingkan antara yang satu dengan yang lain. Dengan cara tersebut, penulis melihat adanya kemajuan yang dialami siswa terkait dengan pemahaman siswa terhadap materi Cahaya.

Pada materi pembelajaran yang memiliki beberapa kemiripan, siswa mengalami kerancuan dalam mengingatnya meskipun dalam pembelajaran sudah digunakan media, model dan metode yang baik, misalnya dalam memahami sifat-sifat cahaya pada permukaan cermin cekung, cermin cembung, lensa cekung dan lensa cembung. Hal yang sama juga dapat terjadi pada materi yang memiliki nama yang hampir sama, namun memiliki beda makna antara istilah-istilah fisika, dengan umum/sehari-hari, misalnya istilah berat dan massa. Untuk menjelaskan dan mempelajari materi-materi tersebut, berdasarkan pengalaman penulis maka penggunaan teknik komparatif (membandingkan) menjadi pilihan yang tepat, disamping penggunaan metode pembelajaran, atau model pembelajaran yang biasa digunakan.

TEKNIK KOMPARATIF
Istilah Teknik Komparatif belum pernah digunakan, tetapi istilah yang sering kita dengar adalah penelitian komparatif. Menurut Nazir (2005) penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu.Penelitian komparatif merupakan penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Jadi, penelitian komparatif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variabel tertentu.
Tujuan dari penelitian komparatif menurut Arikunto(2006) adalah untuk menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik tehadap orang lain, kelompok, terhadap suatu idea tau prosedur kerja. Dapat juga membadingkan kesamaan pandangan dan perubahan-perubahan pandangan orang, grup atau Negara terhadap kasus, terhadap orang, terhadap peristiwa atau terhadap ide-ide.
Berdasarkan uraian penelitian komparatif tersebut penulis mengadaptasinya dalam Teknik Komparatif. Teknik Komparatif merupakan suatu cara yang dilakukan guru dalam mengimplementasikan suatu metode dengan cara membandingkan satu benda dengan benda lain, atau satu keadaan dengan keadaan yang lain sehingga akan tampak persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaanya.

TEKNIK KOMPARATIF MULTI METODE (TKM2)
Kegiatan membandingkan dua atau lebih benda atau keadaan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dilakukan dengan kegiatan eksperimen di laboratorium, atau dengan diskusi berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, atau dari pengetahuan awal siswa dalam kehidupan sehari-hari. Jadi penggunaan teknik membandingkan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, atau istilah yang digunakan oleh penulis Teknik Komparatif Multi Metode (TKM2).
TKM2 (Teknik Komparatif Multi Metode) berasal dari istilah-istilah berikut:
1. Teknik
Teknik berasal dari istilah teknik pembelajaran. Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. (Sudrajat: 2008 - 13:12 online)
2. Komparatif
Istilah Komparatif berasal dari kata serapan Bahasa Inggris yaitu Comparative. Dalam kamus Bahasa Inggris, Wojowasito (1982) comparative memiliki arti bersifat membandingkan; yang berdasarkan perbandingan; jika diperbandingkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah membandingkan diartikan dua benda (hal dsb) untuk mengetahui persamaan dan perbedaannya.
3. Multi Metode
Multi metode berarti menggunakan banyak metode/berbagai macam metode pembelajaran dapat digunakan dalam kegiatan ini, bisa menggunakan metode ceramah, diskusi, demonstrasi, eksperimen atau yang lainnya.

Berdasarkan istilah-istilah diatas maka Teknik Komparatif Multi Metode (TKM2) berarti dalam kegiatan membandingkan tersebut guru tidak dituntut hanya menggunakan satu metode pembelajaran saja, atau teknik komparatif ini bisa diterapkan pada berbagai metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan guru dalam menyajikan preoses pembelajarannya.
Adapun tujuan Teknik Komparatif Multi Metode dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.  Untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di pelajarii berdasarkan kerangka pemikiran tertentu.
2.  Untuk membuat generalisasi tingkat perbandingan berdasarkan cara pandang atau kerangka berpikir tentu.
3.  Untuk bisa menentukan mana yang lebih baik atau mana yang sebaiknya dipilih.
4.  Untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.




Pemahaman Konsep IPA
Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasi konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya (Sanjaya, 2007). Dengan demikian seorang siswa dianggap memiliki pemahaman konsep yang baik apabila: 1) mampu menjelaskan secara verbal mengenai apa yang telah dipahaminya; 2) mampu menyajikan konsep tersebut kedalam berbagai cara serta mengetahui perbedaan; 3) mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut; 4) mampu menerapkan hubungan antara konsep dan prosedur; 5) mampu menberikan contoh dan kontra dari konsep yang dipelajari; 6) mampu mengembangkan konsep yang telah dipelajari.

Untuk dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA pada siswa, seorang guru harus mengetahui faktor-faktor penyebab rendahnya pemahaman konsep IPA. Rendahnya pemahaman konsep IPA dapat disebabkan oleh faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal.
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam pribadi siswa sendiri, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat kerajinan, minat, motivasi internal, kondisi fisik, psikologis siswa dan lain sebagainya. Rendahnya pemahaman dan penguasaan konsep IPA dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa, motivasi diri mempengaruhi tujuan siswa dalam belajar. Tujuan siswa dalam belajar akan mempengaruhi prestasi belajar IPA.
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa, misalnya lingkungan belajar, kondisi keluarga, dan sarana prasarana yang tersedia. Sanjaya (2007) menyatakan belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Bagaimana proses pembelajaran berhasil ditentukan oleh lima komponen pokok dalam proses pembelajaran, yaitu Tujuan, Isi/Materi, Metode, Media dan Evaluasi. Hal ini dapat digambarkan dalam bagan berikut.
Gambar 1
Komponen Proses Pembelajaran

Berdasarkan bagan di atas dapat dilihat, selain faktor internal dan eksternal seperti yang disebutkan, faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemahaman dan penguasaan konsep IPA dipengaruhi oleh tujuan, isi/materi, metode, media dan evaluasi.
1. Tujuan
Dalam Undang-Undang Sisdiknas dinyatakan bahwa Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2. Isi/Materi
Dalam konteks tertentu isi atau materi pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi apabila tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran. Pada kondisi ini guru perlu menguasai secara detail isi materi yang harus dikuasai oleh siswa. Namun dalam setting pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian tujuan atau kompetensi, maka tugas dan tanggung jawab guru bukanlah sekedar sebagai sumber belajar. Menurut Sardiman (2008), peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai Informator, Organisator, Motivator, Pengarah/Direktor, Inisiator, Transmiter, Fasilitator, Mediator, dan Evaluator
3. Metode
Metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Sanjaya (2007) menyatakan metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting, keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran. Ganawati (2008) menyatakan bahwa dalam pembelajaran IPA Terpadu yang terpenting adalah metode dan pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran.
 Adapun beberapa metode yang bisa digunakan guru sebagai berikut:1) Metode Ceramah yaitu metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan.2) Metode Tanya Jawab yaitu metode bertanya jawab, dengan pertanyaan-pertanyaan yangakan diajukan sudah direncanakan sebelumnya.3) Metode Diskusi yaitu cara pembelajaran dengan memunculkan masalah, sehingga terjaditukar-menukar gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaanderajat.4) Metode Kooperatif yaitu siswa berada dalam kelompok kecil dengan anggota sebanyak 4sampai 5 orang.5) Metode Demonstrasi yaitu cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proseskejadian, misalnya dalam pembelajaran tentang transportasi pada tumbuhan. 6) Metode Karyawisata atau Widyawisatayaitu cara penyajian dengan membawa siswa
4. Media
Dalam pelaksanaan pembelajaran dibutuhkan berbagai sumber belajar. Sumber belajar dapat berwujud beragam diantaranya adalah media pembelajaran. Media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Peran media sebagai pengantar ini dapat berwujud guru, buku teks, dan lingkungan sekolah.
Menurut Arsyad (2011) terdapat pembatasan media pembelajaran yang ada diantaranya: Media pembelajaran memiliki pengertian fisik sebagai hardware (perangkat keras) yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar atau diraba dengan panca inderaMedia pembelajaran memiliki pengertian non-fisik sebagai software (perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen terakhir dalam sistem pembelajaran. Evaluasi bukan saja berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran, tetapi juga berfungsi sebagi umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran. Dalam Permendikbud 81A dinyatakan bahwa evaluasi adalah proses mengambil keputusan berdasarkan hasil-hasil penilaian.

Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemahaman konsep IPA maka dapat dilakukan upaya-upaya untuk dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA bertujuan:
1. Membantu meningkatkan minat dan motivasi pada diri siswa dapat  dilakukan dengan menjelaskan manfaat yang diperoleh dari mempelajari materi tersebut.Menghubungkan konsep yang akan dipelajari dengan pengetahuan awal yang dimiliki dan lingkungan sekitar siswa, juga merupakan upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan faktor internal dari dalam diri siswa. Menjaga kondisi psikologis siswa juga merupakan langkah yang harus dilakukan oleh guru, siswa yang belajar dalam keadaan tertekan/ terpaksa tentu akan berbeda hasilnya dengan siswa yang berada dalam kondisi senang, rasa ingin tahu yang besar terhadap apa yang akan mereka pelajari.
2. Untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA ditinjau dari faktor eksternal,misalnya dengan menjaga lingkungan belajar disekitar siswa terasa menyenangkan sehingga siswa merasa nyaman, dan tersedianya sarana prasarana yang dibutuhkan siswa dalam kegiatan belajar.
3. Selain faktor internal dan ekstenal tersebut, lima komponen pokok dalam proses pembelajaran juga sangat penting dalam mempengaruhi peningkatan pemahaman konsep IPA. Lima komponen pokok dalam proses pembelajaran tersebut yaitu:
a. Tujuan
Agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik, sebagaimana yang diharapkan dalam Standar Nasional Pendidikan, dalam merumuskan Tujuan Pembelajaran hendaknya guru mempertimbang-kan dengan baik kondisi yang mungkin dapat dilakukan agar siswa dapat belajar dengan baik sehingga Standar Kompetensi yang harus dicapai oleh siswa dapat terpenuhi.
b. Isi/Materi
Guru mengembangkan berbagai sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dengan memanfaatkan potensi di lingkungan satuan pendidikan, misalnya dengan memanfaatkan tanah/kebun sekolah, peralatan Laboratorium digunakan seoptimal mungkin, bekerja sama dengan instansi terkait atau dunia usaha/industri (lapangan kerja) atau tokoh-tokoh masyarakat. Selain itu, sekolah bisa memfasilitasi pembelajaran yang bisa diintegrasikan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain, dalam satu kegiatan yang terpadu.
c. Metode
Guru memilih dan menggunakan strategi pembelajaran yang melibatkan peserta didik aktif dalam proses belajar mengajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial. Metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting, keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran.
Beragam metode pembelajaran yang bisa digunakan saat kegiatan belajar mengajar seperti yang disajikan sebelumnya, yang terpenting dalam pemilihan metode pembelajaran adalah guru harus mempertimbangkan kesesuaian materi/konsep yang akan dipelajari siswa dengan situasi yang ada di sekolah, misalnya ketersediaan peralatan, waktu yang tersedia, dan tingkat kesulitan materi tersebut dengan kemampuan internal rata-rata siswa.
d. Media
Penggunaan media dalam proses belajar mengajar sebagaimana kerucut pengalaman Dale (Dale's Cone of Experiences), menunjukkan bahwa hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (konkrit), kenyataan yang ada di lingkungan seseorang melalui benda tiruan hingga lambang verbal (abstrak). Semakin ke atas semakin abstrak media yang digunakan.
Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung didalamnya. Percobaan di laboratorium merupakan contoh penerapan pembelajaran secara langsung.Penuangan dalam chart, grafik menunjukkan tingkat keabstrakan media tersebut. Hal ini disebabkan penyampaian secara abstrak memancing peserta didik untuk mengembangkan imajinasinya. Kemampuan menerjemahkan sesuatu yang abstrak tersebut terbangun seiring dengan perkembangan tingkat emosional siswa. Dengan demikian penggunaan media yang efektif dan kreatif dapat mendorong siswa untuk belajar lebih banyak dan meningkatkan penampilan siswa untuk tujuan pembelajaran
e. Evaluasi
Cakupan Penilaian dalam Kurikulum 2013 meliputi: kompetensi inti sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Berbagai metode dan instrumen baik formal maupun nonformal digunakan dalam penilaian untuk mengumpulkan informasi.Informasi yang dikumpulkan menyangkut semua perubahan yang terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif.Penilaian dapat dilakukan selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil/produk).
Dalam membuat alat Evaluasi Guru hendaknya membuat sistem penilaian sesuai dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses misalnya teknik wawancara, maupun produk berupa hasil melakukan observasi lapangan, demikian pula yang lain.

TKM2 dapat Meningkatkan Pemahaman Konse IPA
Pemahaman dan penguasaan konsep IPA yang baik dan benar pada siswa akan dapat memberikan kontribusi yang tepat terhadap kemajuan IPTEK. Konsep IPA yang baik dan benar dapat diwujudkan melalui pendidikan yang dilaksanakan menurut pendekatan, strategi, metode dan media yang tepat dalam proses pembelajaran.
Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang mereka pelajari merupakan suatu kendala bagi keberhasilan pendidikan siswa. Teknik Komparatif Multi Metode merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Dari kegiatan yang sudah dilakukan penulis, dengan menggunakan TKM2 pemahaman konsep siswa terhadap materi cahaya mengalami peningkatan. Data hasil penilaian materi pembelajaran cahaya tahun 2012 siswa kelas VIII A memperoleh nilai rata-rata kelas 90,3.
Penulis menggunakan Teknik Komparatif Multi metode terhadap materi Cahaya karena pada materi ini banyak konsep yang memiliki beberapa kemiripan, sehingga siswa sering mengalami kerancuan dalam mengingatnya meskipun dalam pembelajaran sudah digunakan media, model dan metode yang baik. Kerancuan materi yang dialami siswa  misalnya dalam memahami sifat-sifat cahaya pada permukaan cermin cekung, cermin cembung, lensa cekung dan lensa cembung.
Penulis mengidentifikasi materi cahaya dan membagi materi tersebut dengan cara yang agak berbeda, untuk menerapkan teknik Komparatif Multi Metode (TKM2). Pada kegiatan pembelajaran, siswa dengan bimbingan guru mempelajari materi pelajaran dengan membandingkan antara dua peristiwa atau lebih sekaligus, agar diketahui lebih jelas dimana persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya. Adapun urutan materi pembelajaran yang dilakukan yaitu :
1.    Pengertian cahaya dan sifat-sifat cahaya secara umum.
2.    Perbedaan benda gelap dan benda bening
3.    Perbedaan pemantulan cahaya pada cermin datar dan pembiasan cahaya pada kaca plan parallel
4.    Membedakan  sifat-sifat cahaya pada cermin cekung, dan cembung, lensa cekung, dan cembung
5.     Sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan cermin cembung
6.    Sinar-sinar istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung.
7.    Pembentukan bayangan pada cermin cekung-cembung dan lensa cekung-lembung.
8.    Sifat-sifat bayangan yang dihasilkan.
9.    Latihan soal dan evaluasi

Pada kegiatan awal guru menggali informasi yang telah diterima siswa (pengetahuan awal siswa) tentang materi cahaya. Kegiatan ini juga untuk mengarahkan siswa dalam menggunakan TKM2. Pada pertemuan awal guru menggunakan Metode Ceramah/Diskusi Informasi. Materi pada kegiatan awal terangkum sebagaimana pada gambar berikut:
Gambar 2
Materi Cahaya dengan TKM2

Pada pertemuan berikutnya guru menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode eksperimen. Pada pertemuan ini siswa mempelajari sifat-sifat cahaya yang mengenai permuakaan cermin datar, cekung dan cembung serta pada kaca plan parallel, lensa cekung dan lensa cembung. Pada kegiatan ini siswa secara berkelompok melakukan kegiatan pratikum secara optimal dengan menggunakan lembar kerja yang telah disediakan oleh guru. Pemanfaatan media KIT Optik yang dimiliki sekolah sangat membantu pada kegiatan ini. Contoh hasil praktikum siswa sebagaimana pada gambar berikut:
Gambar 3
Hasil Kegiatan Praktik Siswa dengan TKM2

Setelah kegiatan praktikum dilakukan oleh siswa, dilanjutkan dengan kegiatan diskusi kelompok, untuk membahas daftar pertanyaan terkait dengan materi sifat-sifat cahaya yang mereka pelajari.Dilanjutkan dengan diskusi kelas, dengan menyajikan hasil kerja kelompok masing-masing. Pada kegiatan diskusi kelas, guru menjadi moderator sekaligus memberikan arahan dan meluruskan konsep-konsep yang perlu diluruskan. Pada kegiatan berikutnya yaitu pada pembahasan sinar-sinar istimewa juga dilakukan model yang sama, yaitu siswa berkelompok dan melakukan kegiatan eksperimen tentang sinar-sinar istimewa pada cermin cekung-cembung dan lensa cekung-cembung.
Pada materi yang tidak menggunakan kegiatan praktikum, misalnya tentang menggambar pembentukan bayangan, siswa juga  berlatih dengan membuat gambar-gambar yang bisa diperbandingkan antara yang satu dengan yang lain. Contoh soal yang diberikan guru pada kegiatan ini:
1. Sebuah cermin cekung memiliki jari-jari kelengkungan 4 cm, dengan menggunakan minimal 2 sinar istimewa buatlah gambar pembentukan bayangannya, dan sebutkan sifat-sifat bayangannya,jika jarak benda ke cermin sebesar:
a. 1 cm                                                 c. 4 cm
b. 2 cm                                                 d. 6 cm
Setelah siswa memahami materi tersebut, dilanjutkan dengan pemberian soal tentang cermin cembung, lensa cebung dan lensa cekung dengan model soal yang sama.

Ada beberapa keuntungan dari kegiatan ini, selain tujuan utama dari teknik komparatif yaitu siswa mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan dari cermin datar, cekung, cembung, kaca plan parallel, lensa cekung dan lensa cembung, dari materi tersebut siswa dapat meyimpulkan sifat-sifat cermin cekung-cembung dan lensa cekung-cembung, sifat konvergen dan divergen, sifat fokus yang nyata dan maya. Selain ditinjau dari segi materi/konsep pembelajaran yang dipelajari, dari segi waktu penggunaan TKM2 lebih efisien dan efektif.
Efisiensi waktu bisa diamati dari sisi perakitan peralatan KIT Optika yang digunakan. Dalam merakit KIT Optika minimal siswa memerlukan waktu 15 menit, maka waktu yang diperlukan jika kegiatan praktikum dilakukan secara terpisah-pisah maka waktu untuk merakit peralatan tersebut bisa sampai 30 menit (jika kegiatan dilakukan 2 kali percobaan) atau 45 menit (untuk 3 kali percobaan).
Selain itu kegiatan bongkar-pasang yang sering dilakukan terkait dengan perakitan alat juga dapat mengakibatkan  tingkat kerusakan pada alat semakin besar, mengingat sebagian peralatan terbuat dari bahan plastic dan kaca sehinga akan mudah patah/pecah. Dengan demikian penggunaan TKM2 juga dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya atau kegiatan menjadi efektif, efisien dan juga ekonomis.



Kesimpulan
Penggunaan Teknik Komparatif Multi Metode (TKM2) bermanfaat dan menguntungkan dalam kegiatan pembelajaran.  Dengan TKM2 pemahaman konsep siswa semakin meningkat, selain itu kegiatan pembelajaran menjadi lebih efektif, efisien dan ekonomis.
Teknik Komparatif Multi Metode (TKM2)  sangat diperlukan terutama pada materi-materi yang dapat menimbulkan kerancuan pada pemahaman konsep siswa. Materi-materi yang dapat menimbulkan kerancuan adalah materi yang memiliki  persamaan-persamaan disamping perbedaan-perbedaan yang dimilik. Dengan mengetahui secara jelas persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, maka siswa tidak mengalami kerancuan sehingga pemahaman siswa menjadi lebih baik.
Penggunaan Teknik Komparatif Multi Metode tidak hanya digunakan pada materi Cahaya pada mata pelajaran IPA, pemanfaatan Teknik Komparatif yang sudah dicoba oleh penulis juga dilakukan pada materi yang lain, juga telah diterapkan dengan model yang berbeda. Dan hasil yang diperoleh juga memberi dampak positif terhadap pembelajaran, yaitu siswa menjadi lebih aktif dan tumbuhnya rasa persaingan untuk menjadi yang terbaik.

Saran
Penggunaan Teknik Komparatif Multi Metode (TKM2) yang menguntungkan dapat digunakan guru terutama pada materi-materi/konsep-konsep yang memiliki persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan.
Penggunaan TKM2 dapat menggunakan metode pembelajaran sebagaimana yang biasa digunakan oleh guru, sehingga penggunaan media atau peralatan tetaplah dibutuhkan untuk mendukung suksesnya kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu Stake Holder di sekolah diharapkan juga memenuhi kebutuhan peralatan dalam kegiatan pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN


Arikunto, S. 2010.  Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, A. 2011.  Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Ganawati, D. dkk, 2008, Ilmu Pengetahuan Alam Terpadu dan Kontekstual, Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sardiman, A. 2008. Media pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudrajat, A. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran. (Online), (http://akhmadsudrajat.wordpress. com, diakses 12 September)

Wojowasito, S. 1982. Kamus Umum Lengkap Inggeris-Indonesia. Bandung: Pengarang.