Rabu, 11 April 2012

Karya Tulisku


PENGGUNAAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG
DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
DI SMP NEGERI 10 PROBOLINGGO


Oleh:


LILIS INDAYANI, S.Pd
2007


Abstrak


Masalah rendahnya motivasi belajar siswa telah lama menjadi bahan pikiran para guru, terutama pada mata pelajaran IPA, hal ini berdampak pada perolehan nilai mata pelajaran IPA yang juga rendah. Pada umumnya siswa menampakkan sikap kurang bergairah, kurang bersemangat dan kurang siap dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga suasana kelas kurang aktif, interaksi antara guru dan siswa sangat kurang apalagi antara siswa dengan siswa, siswa cenderung pasif, hanya menerima saja apa yang diberikan guru. Melalui penelitian ini, permasalahan tersebut dicoba untuk diubah dengan penggunaan model pengajaran langsung (Direct Instruction / DI). Penelitian dilakukan di SMP Negeri 10 Probolinggo menggunakan subyek siswa kelas IX C tahun pelajaran 2006-2007 pada sub pokok bahasan Gaya Lorentz. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode kasus. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan lapangan dan hasil evaluasi. Teknik analisa data dengan menggunakan teknik analisa data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA. Selain motivasi meningkat, prestasi belajar siswa juga meningkat.

Kata kunci: motivasi belajar, model pengajaran langsung


A.    PENDAHULUAN

Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi juga memiliki arti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapatkan kepuasan dengan perbuatannya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001: 756) Motivasi pada diri seseorang dapat tumbuh dari dalam diri sendiri (intrinsik), motivasi juga dapat tumbuh akibat adanya dorongan dari luar diri seseorang (ekstrinsik).
            Dimyati dan Mudjiono (2002) mengemukakan ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu: (i) kebutuhan, (ii) dorongan, dan (iii) tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang diharapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti dari motivasi. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar.
            Rendahnya motivasi belajar siswa terutama pada mata pelajaran IPA tampak dari sikap kurang bergairah, kurang bersemangat dan kurang siap dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga suasana kelas kurang aktif, interaksi antara guru dan siswa sangat kurang apalagi antara siswa dengan siswa, siswa cenderung pasif, hanya menerima saja apa yang diberikan guru.
            Rendahnya motivasi belajar ini banyak sekali penyebabnya, diantaranya masih membudayanya belajar hafalan, pemberian catatan yang menumpuk, pada pelajaran IPA banyak terdapat rumus-rumus yang susah dihafal, guru kurang memberi motivasi pada siswa bagaimana cara belajar IPA yang mudah, menarik, dan menyenangkan.
            Upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa telah dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu upaya tersebut adalah dengan menggunakan berbagai model pengajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, dan sifat lingkungan belajarnya. Model-model pengajaran yang dimaksud adalah Pengajaran Langsung, Pembelajaran Kooperatif, Pengajaran Berdasarkan Masalah, Diskusi Kelas, Presentasi, dan Pengajaran Konsep.
            Pengajaran langsung (Direct Instruction / DI) merupakan  suatu model pengajaran  yang sebenarnya bersifat teacher center yang memiliki lima langkah: (1) menyampaikan  tujuan dan memotivasi siswa, (2) menjelaskan dan/atau mendemonstrasikan bahan yang dipelajari, (3) memberi latihan terbimbing, (4) mengecek pemahaman siswa dan memberi umpan balik, dan (5) memberi kesempatan latihan lanjutan dan penerapan.
Model pengajaran langsung dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik. Dalam menerapkan model pengajaran langsung, guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau ketrampilan yang akan dilatihkan  kepada siswa secara langkah demi langkah. Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan, maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa.
Pengajaran Langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati dari pihak guru.  Agar efektif, Pengajaran Langsung mensyaratkan tiap detail ketrampilan atau isi  didefinisikan secara saksama. Demonstrasi dan jadwal pelatihan juga harus direncanakan dan dilaksanakan secara saksama. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan, dan tanya jawab yang terencana. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin, dan tanpa humor. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik.
Model pengajaran langsung bertumpu pada prinsip-prinsip psikologi perilaku dan teori belajar sosial, khususnya tentang permodelan (modelling). Menurut Albert Bandura (1986) pembelajaran melalui pengamatan atau observational learning itu merupakan sebuah proses tiga langkah: (1) pebelajar harus menaruh perhatian pada aspek-aspek penting dari apa yang akan dipelajarinya (atensi), (2) pebelajar harus menyerap atau mengingat perilaku yang dipelajarinya itu (retensi), (3) pebelajar harus dapat mengulang kembali atau melaksanakan perilaku tersebut (produksi). Belajar yang dialami manusia sebagian besar diperoleh dari suatu pemodelan, yaitu meniru perilaku dan pengalaman (keberhasilan dan kegagalan) orang lain.
Prinsip-prinsip pembelajaran sosial tersebut diterjemahkan ke dalam perilaku pengajaran seperti berikut: (1) Gunakan strategi-strategi untuk membangkitkan perhatian siswa, (2) Pastikan bahwa pengamatan tersebut tidak terlalu kompleks, (3) Kaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal siswa, (4) Gunakan latihan untuk memastikan penyerapan jangka panjan. Pastikan munculnya sebuah sikap positif terhadap keterampilan baru sehingga siswa akan termotivasi untuk mengulang kembali atau menggunakan perilaku baru itu.
             Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa kelas IX C SMP Negeri 10 Probolinggo terhadap mata pelajaran IPA melalui penggunaan model pengajaran langsung. Pada saat penelitian Kompetensi Dasar yang dipelajari siswa adalah “Mendeskripsikan gejala kemagnetan dan pemanfaatannya dalam teknologi” pada indikator “Menemukan penggunaan gaya Lorentz pada beberapa alat listrik sehari-hari.”.

 

D. KESIMPULAN DAN SARAN

Melalui penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pengajaran langsung dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa. Materi yang cocok menggunakan model pengajaran langsung adalah materi yang mengajarkan ketrampilan-ketrampilan dasar dan informasi tingkat rendah.
            Penggunaan model pengajaran langsung memerlukan ketrampilan pengelolaan kelas yang unik, dalam mendapat perhatian seluruh siswa dalam periode waktu yang cukup panjang. Guru harus dapat melakukan pengelolaan kelas dengan baik untuk mendapat efek maksimum, mempertahankan kecepatan mengajar, mempertahankan keterlibatan dan partisipasi siswa, serta penanganan perilaku siswa yang menyimpang secara cepat dan tepat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar