PENGGUNAAN MODEL PENGAJARAN
LANGSUNG
DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA
DI SMP NEGERI 10 PROBOLINGGO
Oleh:
LILIS INDAYANI, S.Pd
2007
Abstrak
Masalah
rendahnya motivasi belajar siswa telah lama menjadi bahan pikiran para guru,
terutama pada mata pelajaran IPA, hal ini berdampak pada perolehan nilai mata
pelajaran IPA yang juga rendah. Pada umumnya siswa menampakkan sikap kurang
bergairah, kurang bersemangat dan kurang siap dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran, sehingga suasana kelas kurang aktif, interaksi antara guru dan
siswa sangat kurang apalagi antara siswa dengan siswa, siswa cenderung pasif,
hanya menerima saja apa yang diberikan guru. Melalui penelitian ini,
permasalahan tersebut dicoba untuk diubah dengan penggunaan model pengajaran langsung
(Direct Instruction / DI). Penelitian dilakukan di SMP Negeri 10 Probolinggo
menggunakan subyek siswa kelas IX C tahun pelajaran 2006-2007 pada sub pokok
bahasan Gaya Lorentz. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif
dengan metode kasus. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan
lapangan dan hasil evaluasi. Teknik analisa data dengan menggunakan teknik
analisa data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan
motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA. Selain motivasi meningkat,
prestasi belajar siswa juga meningkat.
Kata kunci: motivasi belajar, model pengajaran langsung
A. PENDAHULUAN
Motivasi adalah dorongan
yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan
suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi juga memiliki arti usaha yang
dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan
sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapatkan
kepuasan dengan perbuatannya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001: 756) Motivasi pada
diri seseorang dapat tumbuh dari dalam diri sendiri (intrinsik), motivasi juga
dapat tumbuh akibat adanya dorongan dari luar diri seseorang (ekstrinsik).
Dimyati dan Mudjiono (2002)
mengemukakan ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu: (i) kebutuhan, (ii)
dorongan, dan (iii) tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada
ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang diharapkan. Dorongan
merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi
harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan
harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut
merupakan inti dari motivasi. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang
individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar.
Rendahnya motivasi belajar siswa
terutama pada mata pelajaran IPA tampak dari sikap kurang bergairah, kurang
bersemangat dan kurang siap dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga
suasana kelas kurang aktif, interaksi antara guru dan siswa sangat kurang
apalagi antara siswa dengan siswa, siswa cenderung pasif, hanya menerima saja
apa yang diberikan guru.
Rendahnya motivasi belajar ini
banyak sekali penyebabnya, diantaranya masih membudayanya belajar hafalan,
pemberian catatan yang menumpuk, pada pelajaran IPA banyak terdapat rumus-rumus
yang susah dihafal, guru kurang memberi motivasi pada siswa bagaimana cara
belajar IPA yang mudah, menarik, dan menyenangkan.
Upaya untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa telah dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu upaya tersebut
adalah dengan menggunakan berbagai model pengajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, dan sifat lingkungan belajarnya. Model-model
pengajaran yang dimaksud adalah Pengajaran Langsung, Pembelajaran Kooperatif,
Pengajaran Berdasarkan Masalah, Diskusi Kelas, Presentasi, dan Pengajaran
Konsep.
Pengajaran langsung (Direct
Instruction / DI) merupakan suatu model
pengajaran yang sebenarnya bersifat
teacher center yang memiliki lima langkah: (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, (2) menjelaskan
dan/atau mendemonstrasikan bahan yang dipelajari, (3) memberi latihan
terbimbing, (4) mengecek pemahaman siswa dan memberi umpan balik, dan (5)
memberi kesempatan latihan lanjutan dan penerapan.
Model
pengajaran langsung dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang
pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik.
Dalam menerapkan model pengajaran langsung, guru harus mendemonstrasikan
pengetahuan atau ketrampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah.
Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan, maka guru dituntut agar
dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa.
Pengajaran
Langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati dari
pihak guru. Agar efektif, Pengajaran
Langsung mensyaratkan tiap detail ketrampilan atau isi didefinisikan secara saksama. Demonstrasi dan
jadwal pelatihan juga harus direncanakan dan dilaksanakan secara saksama.
Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin
terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan,
dan tanya jawab yang terencana. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat
otoriter, dingin, dan tanpa humor. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi
pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan
baik.
Model
pengajaran langsung bertumpu pada prinsip-prinsip psikologi perilaku dan teori
belajar sosial, khususnya tentang permodelan (modelling). Menurut Albert
Bandura (1986) pembelajaran melalui pengamatan atau observational learning itu merupakan sebuah proses tiga langkah:
(1) pebelajar harus menaruh perhatian pada aspek-aspek penting dari apa yang
akan dipelajarinya (atensi), (2) pebelajar harus menyerap atau mengingat
perilaku yang dipelajarinya itu (retensi), (3) pebelajar harus dapat mengulang
kembali atau melaksanakan perilaku tersebut (produksi). Belajar yang dialami
manusia sebagian besar diperoleh dari suatu pemodelan, yaitu meniru perilaku
dan pengalaman (keberhasilan dan kegagalan) orang lain.
Prinsip-prinsip
pembelajaran sosial tersebut diterjemahkan ke dalam perilaku pengajaran seperti
berikut: (1) Gunakan strategi-strategi untuk membangkitkan perhatian siswa, (2)
Pastikan bahwa pengamatan tersebut tidak terlalu kompleks, (3) Kaitkan
keterampilan baru dengan pengetahuan awal siswa, (4) Gunakan latihan untuk
memastikan penyerapan jangka panjan. Pastikan munculnya sebuah sikap positif
terhadap keterampilan baru sehingga siswa akan termotivasi untuk mengulang
kembali atau menggunakan perilaku baru itu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat motivasi belajar siswa kelas IX C SMP Negeri 10 Probolinggo terhadap
mata pelajaran IPA melalui penggunaan model pengajaran langsung. Pada saat
penelitian Kompetensi Dasar yang dipelajari siswa adalah “Mendeskripsikan gejala
kemagnetan dan pemanfaatannya dalam teknologi” pada indikator “Menemukan
penggunaan gaya Lorentz pada beberapa alat listrik sehari-hari.”.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
Melalui
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pengajaran langsung dapat
meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa. Materi yang cocok
menggunakan model pengajaran langsung adalah materi yang mengajarkan
ketrampilan-ketrampilan dasar dan informasi tingkat rendah.
Penggunaan model pengajaran langsung
memerlukan ketrampilan pengelolaan kelas yang unik, dalam mendapat perhatian
seluruh siswa dalam periode waktu yang cukup panjang. Guru harus dapat
melakukan pengelolaan kelas dengan baik untuk mendapat efek maksimum,
mempertahankan kecepatan mengajar, mempertahankan keterlibatan dan partisipasi
siswa, serta penanganan perilaku siswa yang menyimpang secara cepat dan tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar